Rupiah USD/IDR sedikit mengalami pelemahan pada perdagangan awal pekan ini Senin (18/05) pagi. Pergerakan rupiah dan euro kemungkinan terpengaruh sentimen global memanasnya hubungan AS-Cina, situasi Brexit dan kondisi Jerman masuk resesi.
Mengutip data Investing.com, rupiah turun tipis 0,08% di 14.872,5 terhadap dolar AS pukul 11.04 WIB. Saat pembukaan perdagangan seperti dilansir CNBC Indonesia Senin (18/05), rupiah melemah 0,13%, depresiasi semakin besar hingga 0,2% di Rp 14.860/US$. Setelahnya rupiah berbalik menguat tipis, tetapi balik lagi ke zona merah, sebelum akhirnya berada di level Rp 14.810/US$ atau menguat 0,13% pada pukul 10.00 WIB di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dolar Rate (JISDOR) hari ini berada di Rp 14.885/US$, menguat 0,13% dibandingkan Jumat (15/5/2020) pekan lalu.
Rupiah yang masih “malu-malu” menguat hari ini akibat penguatan tajam sejak bulan April. Sepanjang pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,4%, meski tidak besar tetapi menjadi yang terbaik di Asia.
Sementara pagi ini, rupiah masih berada di peringkat ketiga, kalah dari baht Thailand dan dolar Singapura, serta sama dengan won Korea Selatan.
Sentimen dari luar negeri menurut laporan Poundsterlinglive.com Senin (18/05), pekan lalu dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang lain tak terkecuali Euro di tengah gempuran risiko politik, geopolitik dan ekonomi yang mendesak dari semua lini.
Kinerja buruk euro Jumat silam muncul setelah ekonomi Jerman memasuki resesi lebih awal dan hubungan AS dan Cina kembali memanas, sementara juru runding Brexit terus prihatin atas kurangnya kemajuan dalam perundingan perdagangan Inggris-Uni Eropa.
Pada pukul 11.39 WIB Senin (18/05) pagi ini, US Dollar Index turun 0,06% ke 100,373 menurut data Investing.com dan EUR/USD naik 0,05% ke 1,0821. Untuk pekan lalu, indeks naik 0,67% di 100,434 dan EUR/USD turun 0,23% di 1,0816.