Guna mendukung pemulihan ekonomi AS, para anggota FOMC mempertimbangkan dua opsi: peningkatan laju pembelian obligasi atau beralih ke obligasi bertempo lebih panjang.
Notulen FOMC yang dirilis pada hari Kamis (26/November) dini hari menyebutkan bahwa para pembuat kebijakan di Federal Reserve telah membicarakan berbagai opsi pembelian aset untuk membantu pemulihan ekonomi AS. Adapun dua opsi yang paling populer antara lain: meningkatkan laju pembelian atau mengalihkan fokus ke obligasi dengan masa jatuh tempo yang lebih panjang.
“Para peserta rapat umumnya menilai bahwa kecepatan dan komposisi (kebijakan) saat ini masih cukup efektif … dan mencatat bahwa komite dapat menyediakan lebih banyak akomodasi, jika sesuai (dengan kebutuhan), dengan meningkatkan kecepatan pembelian atau dengan mengalihkan pembelian obligasi pemerintah ke obligasi yang jatuh temponya lebih lama tanpa meningkatkan ukuran pembelian,” demikian tulis notulen FOMC untuk rapat tanggal 4-5 November lalu.
Meski demikian, untuk saat ini bank sentral AS masih akan melakukan pembelian aset secara autopilot. Sementara kebijakan tersebut, kemungkinan akan dipetakan lebih rinci dalam rapat berikutnya. “Beberapa peserta rapat menilai bahwa Komite sebaiknya melakukan penyesuaian laju pembelian aset secepatnya,” kata notulen FOMC. Kendati demikian, sebagian besar anggota rapat FOMC tampaknya ingin menghindari fenomena “taper tantrum” yang pernah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itulah, perbaruan kebijakan pembelian obligasi The Fed dinilai sangat diperlukan di masa depan.
Prospek Bullish Dolar AS Masih Suram
Kebijakan The Fed untuk mempertahankan moneter longgar muncul setelah data terbaru menunjukkan kenaikan berulang kali dalam klaim pengangguran mingguan, untuk pertama kalinya sejak Juli. Akan tetapi, sinyal kelemahan di pasar tenaga kerja dan dampak dari kasus Covid-19 pada perekonomian, tampaknya tidak akan menambah daya tarik Dolar AS. Pasalnya, optimisme terhadap proses vaksin masih sangat besar dan akan bertahan sebagai katalis pasar dalam beberapa waktu ke depan. Menyusul rilis notulen The Fed, Dolar AS masih di level rendah yang setara pasca data GDP AS dan laporan Klaim Pengangguran Mingguan terbaru. “Dolar terus melanjutkan penurunan, dengan kondisi risiko yang jinak (Dow Jones mencapai 30,000 untuk pertama kalinya), serta prospek positif untuk pemulihan Covid-19 di tahun 2021, yang mendorong arus investasi keluar dari Dolar AS, serta perdagangan yang akan terus membebani Dolar AS,” demikian tulis tim analis ING.