Pertumbuhan ekonomi AS kuartal ketiga tumbuh 33.4 persen, melebihi estimasi sebelumnya di 33.1 persen. Dolar AS yang sempat bergejolak di tengah isu mutasi virus, memantapkan kenaikan.
Dolar AS naik di tengah isu mewabahnya strain baru virus Corona. Selain itu, data ekonomi Amerika Serikat yang dirilis malam ini menunjukkan hasil solid, dimana pertumbuhan ekonomi lebih tinggi daripada estimasi sebelumnya. Saat berita ini ditulis pada hari Rabu (23/Desember) dini hari, Indeks Dolar AS (DXY) melonjak 0.67 persen ke 90.64.
Pukulan yang terjadi pada sentimen risiko saat ini terbukti dengan memerahnya saham-saham AS kecuali Nasdaq, serta reli obligasi. Mata uang-mata uang yang terkorelasi dengan aset high-risk seperti Dolar Australia, Dolar New Zealand, dan Euro, turut melemah menambah kekuatan bagi bullish Dolar. Varian baru virus Corona menimbulkan gejolak pasar sejak Senin lalu. Namun, kekhawatiran sedikit mereda setelah para pakar medis mengindikasikan bahwa vaksin yang telah beredar saat ini juga mampu melawan mutasi virus tersebut. Moderna Inc, contohnya, mengekspektasikan bahwa imunitas vaksinnya dapat melindungi pengguna dari varian baru COVID-19. Perusahaan farmasi tersebut akan meyakinkan masyarakat dengan melakukan uji coba lagi dalam beberapa pekan mendatang.
GDP AS Kuartal Tiga Naik, Bayar Lunas Penurunan Kuartal Dua
Data GDP AS Final yang dirilis malam ini turut menambah dorongan naik bagi Dolar. Ekonomi AS berekspansi 33.4 persen di kuartal ketiga 2020. Hasil tersebut sedikit lebih tinggi daripada estimasi kedua di 33.2. Selain itu, laju pertumbuhan GDP AS kali ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah, terutama karena di kuartal kedua, ekonomi AS terpuruk di -31.4 persen.
Kendati demikian, pasar masih mengantisipasi pelemahan Dolar AS. Di tengah isu pemulihan pandemi, harga komoditas berpotensi terangkat, dan menguntungkan para eksporter. Jika demikian, maka mata uang-mata uang komoditas juga berpeluang mengungguli Dolar AS.
“Menjelang tahun baru, bersamaan dengan implementasi vaksin yang semakin luas, (situasi sedang) mirip seperti di akhir kuartal pertama lalu. Kita akan melihat bagaimana virus ini akan bermain,” kata Ronald Simpson, analis Action Economics. “Saya masih memperkirakan bahwa Dolar AS akan berada di bawah tekanan untuk paruh pertama tahun depan. Kita punya ekuitas AS yang sedang overvalued dan overpriced. Begitu COVID mereda, maka akan ada lebih banyak peluang ke negara-negara berkembang,” imbuh Simpson.