Euro Menguat, Mata Uang Asia Naik Tipis sebelum Angka Inflasi AS

money, banknotes, euro-1005464.jpg

Mata uang Asia mayoritas bergerak naik pada hari Senin (12/09) dalam kehati-hatian yang dimulai menjelang data inflasi utama AS yang akan dirilis minggu ini dan euro melanjutkan relinya di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh European Central Bank (ECB).

Yen Jepang naik 0,1%, sedangkan won Korea Selatan naik 0,2%. Tekanan sebagian besar mata uang Asia mereda setelah dolar turun lebih lanjut dari level tertinggi 20 tahun pekan lalu.

Indeks dolar turun 0,4% di 108,61, sementara indeks dolar berjangka juga turun dalam kisaran yang sama. Greenback menjadi sasaran aksi ambil untung karena investor membatalkan beberapa posisi long setelah sebulan alami peningkatan kuat.

Penguatan euro, yang menguat 0,5% pada hari Senin, juga membebani greenback, saat investor memperkirakan kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh European Central Bank (ECB) tahun ini. Bank sentral menaikkan suku bunga dengan tingkat rekor 75 basis poin minggu lalu dan kesulitan untuk memerangi tingkat inflasi yang sebelumnya tidak tercapai.

Titik fokus utama minggu ini yakni data inflasi harga konsumen AS yang akan dirilis pada hari Selasa, yang sebagian besar diperkirakan akan menentukan arah dolar dalam waktu dekat.

Pasar memperkirakan inflasi akan turun lebih jauh dari level tertinggi yang dicapai awal tahun ini, sebagian besar terbantu oleh penurunan harga bahan bakar. Tetapi angka tersebut masih diharapkan jauh di atas target tahunan Federal Reserve sebesar 2%.

Bank sentral telah berulang kali mengindikasikan bahwa mereka akan terus menaikkan suku bunga besar sampai inflasi menunjukkan tanda-tanda yang jelas akan mencapai targetnya. Pasar memperkirakan peluang lebih 80% dari kenaikan 75 basis poin oleh Fed minggu depan.

Baca juga : Market Review 12 September 2022

Penguatan dolar, dan kesenjangan yang menyempit antara suku bunga pinjaman Asia dan AS membuat sebagian besar mata uang regional turun tajam terhadap greenback tahun ini.

Yen Jepang termasuk yang paling terpukul oleh ini, turun ke level yang terakhir terlihat selama krisis keuangan Asia pada tahun 1998. Keengganan Bank of Japan menaikkan suku bunga juga merupakan faktor kunci dalam kelemahan yen.

Melemahnya yen menarik ekspektasi baru dari pejabat pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar mata uang, meskipun sejauh ini tidak ada langkah-langkah seperti itu.

Sentimen terhadap pasar Asia juga agak terganggu dari laporan Reuters bahwa AS bermaksud lebih membatasi ekspor teknologi ke China. Langkah itu bisa mendorong tindakan pembalasan dari Beijing, dan memicu perang dagang lain antara kedua negara.

Baht Thailand jatuh paling besar di antara mata uang Asia Tenggara, turun sebesar 0,3%.

Sumber : Euro Menguat, Mata Uang Asia Naik Tipis sebelum Angka Inflasi AS Oleh Investing.com

This Post Has 2 Comments

Comments are closed.